Senin, 17 Februari 2014

Merangsang Perkembangan Motorik Kasar Pada Anak

Merangsang Perkembangan Motorik Kasar Pada Anak



Seperti kita ketahui, perkembangan motorik anak pada dasarnya bisa dibedakan menjadi dua, yaitu perkembangan motorik halus dan perkembangan motorik kasar.  Perkembangan motorik sendiri adalah proses untuk mengasah kemampuan gerak anak (kemampuan motorik).
Kemampuan motorik halus dikaitkan dengan perkembangan otot kecil dan koordinasi mata-tangan. Misalnya menggambar, menulis, menggunting kertas sesuai bentuk, bermain puzzle, dan lain-lain. Rangsangan dari orangtua sangat dibutuhkan untuk meningkatkan kemampuan motorik halus ini.
Sedangkan motorik kasar adalah kemampuan motorik yang menuntut keseimbangan dan koordinasi antara anggota tubuh dengan otot-otot besar, misalnya berjalan, melompat, berlari, dan seterusnya. Peranan lingkungan juga sangat menentukan bagi perkembangan motorik ini.
Perlu diakui bahwa selama ini, baik di rumah atau di sekolah, sebagian konsentrasi orang dewasa pada anak-anak lebih banyak difokuskan untuk melatih perkembangan motorik halusnya, seperti latihan menata barang, puzzle, menulis dan seterusnya.  Untuk perkembangan motorik kasarnya kita lebih sering berpikir menyerahkan pada proses alam. Hal ini sebetulnya bukan sebuah pemikiran yang salah total, memang kebanyakan seperti itu yang terjadi. Hanya saja, untuk mendapatkan hasil yang optimal, anak-anak tetap butuh rangsangan dan arahan dari orangtua agar motorik kasarnya berkembang optimal. 
Rangsangan dari orangtua, selain untuk membantu perkembangan, tujuannya juga untuk mendeteksi apakah motorik anak berkembang sebagaimana mestinya atau tidak, apakah sesuai dengan tugas perkembangan usia anak saat itu. Deteksi dini sangat penting agar bisa memberi solusi atau mengantisipasi apabila perkembangan motorik kasar si anak memang masih di bawah yang seharusnya, walaupun memang tetap perlu diingat bahwa tiap anak pasti berbeda-beda. Jika motorik kasarnya berkembang normal dan optimal, tentu ini akan menjadi penunjang tingkat percaya diri  anak, kesehatan, dan  kebahagian bersama.
Banyak aktivitas sederhana yang bisa kita lakukan untuk merangsang dan melatih motorik kasarnya. Tapi tentu ini perlu disesuaikan dengan perkembangan dan usianya.
Untuk anak yang masih bayi (belum bisa berjalan), yang bisa dilatih antara lain: merangkak, latihan berdiri, melempar, dan sebagainya. Kita bisa mengajak si Kecil bermain lalu kita rangsang agar merangkak atau mengambil bola atau melempar benda. Adapun untuk anak yang sudah bisa jalan, namun belum masuk sekolah, kita bisa melatih beberapa gerakan, misalnya: berlari, naik tangga, memanjat kursi,  berputar, berjalan di atas papan titian, naik sepeda, dan sebagainya. Naik turun sofa di rumah pun bisa membantu perkembangan motorik kasar anak. Anda bisa selalu mengajak anak bermain yang melibatkan gerakan-gerakan ini. Tentunya anak harus selalu dalam pengawasan orangtua saat melakukannya.
Pada usia tiga tahun otot-otot besar anak berkembang pesat, yang berarti kegiatan yang melibatkan keterampilan motorik kasar seperti memanjat dan melompat menjadi lebih mudah ia lakukan. Tetapi sekali lagi, anak mencapai keterampilan motorik kasar pada usia yang berbeda-beda. Satu anak terlihat gesit dan berani, sementara anak lainnya lebih hati-hati dan perlu bantuan atau dorongan. Untuk itu peran orangtua dalam stimulasi menjadi penting. Jangan malu untuk memberi contoh, menari, melompat, dan berlari bersama anak. Anak belajar dengan meniru, dan aktivitas-aktivitas ini tentunya akan lebih seru ketika dilakukan bersama-sama, bukan?
Saat sudah masuk sekolah pun sebenarnya anak tetap perlu kita latih, namun kita sesuaikan dengan kebutuhan, misalnya mengajak bermain, mengajak menyelesaikan pekerjaan di rumah, latihan mengkoordinasi barang, dan lain-lain. Berolahraga bersama anak juga bisa Anda lakukan untuk menstimulus perkembangan motorik anak.
Kalau mengamati perilaku anak-anak yang tidak mau diam, dan banyak ulah, sebetulnya ini adalah petanda bahwa Tuhan telah mengajarkan anak-anak untuk mengembangkan kemampuannya melalui dorongan naluri. Hanya saja, dorongan itu seringkali netral. Netral dalam arti mungkin bisa tidak terkontrol atau juga sebaliknya. Agar proporsional, maka peranan orangtua yang ikut menentukan. Meski anak punya dorongan untuk bergerak, tapi kalau sering kita matikan dengan larangan atau godaan fasilitas dan makanan yang berlebihan, maka sangat mungkin dorongan untuk bergerak itu lemah sehingga motoriknya juga tidak berkembang secara optimal. 

Kenali Perkembangan Bayi dari 0-12 Bulan


Satu tahun pertama adalah saat menakjubkan bagi perkembangan bayi Anda. Berbagai kejadian penting menandai bertambahnya kemampuan sekaligus menjadi catatan tak terlupakan dalam jurnal pertumbuhannya. Meski kecepatan perkembangan setiap anak berbeda, perilaku menonjol berikut biasanya akan Anda temui dalam tahun pertama pertumbuhannya:

- Usia 0-3 bulan, ketajaman visualnya meningkat. Ia akan membalas tatapan Anda ketika Anda memeluk dan menatapnya dengan penuh kasih sayang. 

- Usia 3-4 bulan, ia bisa melihat hingga ke seberang ruangan dengan cukup jelas. Biasanya ia sudah lebih mudah ditenangkan saat rewel, karena banyak hal-hal di sekeliling yang membuatnya tertarik. 

- Usia 4-6 bulan, kontrol bayi terhadap tubuhnya sudah meningkat. Ia mulai menggunakan tangan dan kakinya untuk sedikit ‘bersenang-senang’, misal membuat gerakan menendang sambil menendang-nendang.

- Usia 6-9 bulan, ia mulai duduk dan merangkak. Sambil duduk, ia akan mengamati dan meraih apapun yang bisa ia genggam dengan tangannya. Setelah bosan, ia akan merangkak untuk mengeksplorasi apa yang menarik di sekelilingnya.

- Usia 9-12 bulan, berdiri dan belajar berjalan akan menjadi tantangan menarik baginya. Ia bisa memungut benda jatuh dengan ibu jari dan telunjuk. Ia bahkan sengaja bermain-main dengan mainan yang ia jatuhkan, memungut, lalu menjatuhkan kembali mainan itu. 

Setelah kini lebih aktif, Anda juga perlu lebih hati-hati menjaganya, Ma. Pastikan ia berada di lingkungan yang aman untuk bermain dan bereksplorasi.


referensi : berbagai sumber

Kenali Obesitas Pada Anak

Kenali Obesitas Pada Anak



Di masyarakat kita, kebanyakan orang tua merasa sangat senang jika anak mereka tergolong sebagai anak yang gemuk. Dengan banyak usaha dilakukan untuk membuat anak tampak menjadi anak yang gemuk. Padahal, kegemukan yang dimiliki oleh si anak tidak selalu mencerminkan kesehatan. Justru, jika tingkat gemuk ini berlebih akan membuka peluang anak mengalami obesitas. Lalu, apa itu obesitas pada anak?
Obesitas dapat didefinisikan sebagai seseorang yang memiliki berat badan di atas standar normal. Hal ini dapat diukur dengan komponen berat badan dan juga tinggi seseorang. Kedua komponen inilah yang akan menghasilkan angka sebagai indeks massa tubuh. Jika seseorang memiliki indeks massa tubuh yang jauh di atas normal maka keadaan inilah yang akan menyebabkan dirinya mengalami apa yang disebut dengan obesitas.
Lalu, apa itu obesitas pada anak? Seorang anak dikatakan mengalami obesitas atau kelebihan berat badan jika memang berat badan yang ia miliki diukur berdasarkan tinggi badan. Jika hasil yang ditemukan adalah angk  yang berada di atas 25 maka dapat dipastikan seseorang atau anak tersebut mengalami diabet.
Banyak hal yang dapat menjadi penyebab dari seorang anak untuk mengalami obesitas ini. misalnya adalah kurangnya aktivitas fisik yang dilakukan oleh si anak di dalam kesehariannya. Kebanyakan anak yang hanya suka untuk duduk di depan televisi tanpa melakukan aktivitas keaktifan akan memiliki lebih banyak peluang untuk menjadi anak dengan obesitas.
Atau hal lain yang akan menjadi penyumbang terbesar kemungkinan untuk menjadi mengalami obesitas adalah bahwa pola makan yang diterapkan kepada si anak tidaklah sehat. Anak hanya banyak makan makanan yang mengandung lemak dnegan kombinasi gizi dan nutrisi yang kurang berimbang. Penyebab umum lainnya dari obesitas ini bisa jadi adalah kombinasi beberapa faktor ini, di mana faktor genetis juga masih memungkinkan seorang anak untuk menjadi obesitas.
Untuk menjawab pertanyaan, apa itu obesitas pada anak? Tidaklah selalu mengacu pada anak yang memiliki bentuk tubuh yang besar. Semuanya hanya dapat diketahui secara pasti dengan mengikur indeks massa tubuh anak tersebut


Diet untuk Anak Obesitas


Ada beberapa saran untuk orangtua yang ingin membantu menurunkan berat badan anak yang berlebihan dan mengalami kondisi kesehatan yang disebut obesitas. Harus diingat pula bahwa orangtua harus membuat perubahan di rumah sehingga semua anggota keluarga menjadi lebih sehat termasuk cara makan mereka sehingga tidak ada satupun anggota keluarga yang kelebihan berat badan. Seperti apa diet untuk anak obesitas itu?
Lakukan modifikasi pada jenis makanan yang di buat dan anak-anak tidak akan menyadari bahwa mereka sedang belajar mengkonsumsi makanan sehat dan kebiasaan makan yang lebih baik. Berpikirlah tentang low-fat. Membeli susu low-fat atau susu skim dengan rasa dan warna yang sama tidak akan membuat anak merasakan ada perbedaan pada makanannya.
Anak yang dibiasakan makan makanan rumah tidak akan banyak meminta makanan dari luar atau jajan di warung dekat rumah. Jadi, biasakan anak untuk makan di rumah terlebih dulu sebelum orangtua melakukan perubahan pada menu makanan yang tersedia di atas meja. Lakukan penggantian menu yang mengandung zat makanan rendah lemak. Sediakan selalu menu sayur di atas meja makan. Bisa juga dengan membuat salad atau menyediakan buah-buahan disana.
Salah satu cara yang menunjang diet untuk anak obesitas adalah dengan belanja persediaan makanan sendiri. Lakukan ketika anak sedang beraktivitas sehingga anak tidak akan ikut serta dan meminta Anda untuk dibelikan jenis makanan yang kurang sehat bagi mereka. Sediakan juga bekal untuk dibawa ke sekolah setiap hari sehingga mereka memiliki pilihan makanan yang lebih sehat.
Cobalah untuk menyediakan makanan yang terdiri dari 50% sayuran dan buah dengan sejumlah makanan mengandung protein seperti ayam, ikan dan biji-bijian dan kacang-kacangan. Beras merah sangat baik untuk pertumbuhan tubuh anak. Cobalah sediakan di rumah dan biarkan anak terbiasa makan dengan beras merah. Singkirkan semua makanan dengan kalori tinggi, permen yang rendah nutrisi, soda, kue, keripik dan es krim.
Sediakan yoghurt dengan rasa buah yang menggoda di lemari pendingin Anda. Biarkan anak mencampur makanan yang mereka sukai dengan kue rendah lemak atau buah dan sayuran yang mereka pilih dari menu yang tersedia di atas meja makan. Ya, sebenarnya diet untuk anak obesitas itu tidak sulit asalkan orangtua memiliki kemauan untuk melakukan perubahan pada pola dan kebiasaan makan keluarga.

KARAKTERISTIK ANAK USIA DINI


KARAKTERISTIK ANAK USIA DINI

Anak usia dini dalam beragam usia merupakan pribadi unik yang mampu menarik perhatian orang dewasa. Bahkan tingkah polah mereka mampu membuat para orang tua terhibur karenanya. Dalam kehidupan sehari-hari berbagai tingkat usia anak dapat kita amati. Ada yang baru lahir, ada yang batita (Toodler), ada balita, sampai dengan yang berusia sekolah dasar.

Lalu apa sih anak usia dini itu? Dan bagaimana pula karakteristiknya?
Anak usia dini menurut NAEYC (National Association for The Education of Young Children) adalah anak yang berada pada rentang usia 0 – 8 tahun, yang tercakup dalam program pendidikan di Taman Penitipan Anak, penitipan anak pada keluarga, pendidikan prasekolah baik itu swasta ataupun negeri, TK, dan SD.

Untuk karakteristik anak usia dini bisa dilihat d bawah ini :

1. Memiliki rasa ingin tahu yang besar.
Anak usia dini sangat ingin tahu tentang dunia sekitarnya. Pada masa bayi rasa inign tahu ini ditunjukkan dengan meraih benda yang ada dalam jangkauannya kemudian memasukkannya ke mulutnya. Pada usia 3-4 tahun anak sering membongkar pasang segala sesuatu untuk memenuhi rasa ingin tahunya. Anak juga mula gemar bertanya meski dalam bahasa yang masih sangat sederhana.

2. Merupakan pribadi yang unik.
Meskipun banyak kesamaan dalam pola umum perkembangan anak usia dini, setiap anak memiliki kekhasan tersendiri dalam hal bakat, minat, gaya belajar, dan sebagainya. Keunikan ini berasal dari faktor genetis dan juga lingkungan. Untuk itu pendidik perlu menerapkan pendekatan individual dalam menangani anak usia dini.

3. Suka berfantasi dan berimajinasi.
Fantasi adalah kemampuan membentuk tanggapan baru dengan pertolongan tanggapan yang sudah ada. Imajinasi adalah kemampuan anak untuk menciptakan obyek atau kejadian tanpa didukung data yang nyata (Siti Aisyah, 2008).
Anak usia dini sangat suka membayangkan dan mengembangkan berbagai hal jauh melampaui kondisi nyata. Bahkan terkadang mereka dapat menciptakan adanya teman imajiner. Teman imajiner itu bisa berupa orang, benda, atau pun hewan.

4. Masa paling potensial untuk belajar.
Masa itu sering juga disebut sebagai “golden age” atau usia emas. Karena pada rentang usia itu anak mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat di berbagai aspek. Pendidik perlu memberikan berbagai stimulasi yang tepat agar masa peka ini tidak terlewatkan begitu saja. Tetapi mengisinya dengan hal-hal yang dapat mengoptimalkan tumbuh kembang anak.

5. Menunjukkan sikap egosentris.
Pada usia ini anak memandang segala sesuatu dari sudut pandangnya sendiri. Anak cenderung mengabaikan sudut pandang orang lain. Hal itu terlhat dari perilaku anak yang masih suka berebut mainan, menangis atau merengek sampai keinginannya terpenuhi.

6. Memiliki rentang daya konsentrasi yang pendek.
Anak usia dini memiliki rentang perhatian yang sangat pendek. Pehatian anak akan mudah teralih pada hal lain terutama yang menarik perhatiannya. Sebagai pendidik dalam menyampaikan pembelajaran hendaknya memperhatikan hal ini.

7. Sebagai bagian dari makhluk sosial.
Anak usia dini mulai suka bergaul dan bermain dengan teman sebayanya. Ia mulai belajar berbagi, mau menunggu giliran, dan mengalah terhadap temannya. Melalui interaksi sosial ini anak membentuk konsep dirinya. Ia mulai belajar bagaimana caranya agar ia bisa diterima lingkungan sekitarnya. Dalam hal ini anak mulai belajr untuk berperilaku sesuai tuntutan dari lingkungan sosialnya karena ia mulai merasa membutuhkan orang lain dalam kehidupannya.

Selain karakteristik yang unik tersebut perlu ada perhatian pada titik kritis perkembangan yang perlu diperhatikan pada anak usia dini. Titik kritis tersebut meliputi :
1. Membutuhkan rasa aman, istirahat dan makanan yang baik.
2. Datang ke dunia yang diprogram untuk meniru.
3. Membutuhkan latihan dan rutinitas.
4. Memiliki kebutuhan untuk banyak bertanya dan memperoleh jawaban.
5. Cara berpikir anak berbeda dengan orang dewasa.
6. Membutuhkan pengalaman langsung.
7. Trial and error menjadi hal pokok dalam belajar.
8. Bermain merupakan dunia masa kanak-kanak.

Sebagai pendidik usia dini dan juga sebagai orang tua kita perlu mengetahui karakteristik anak sehingga kita bisa mendukung perkembangan mereka secara optimal.

Sumber bacaan :
Perkembangan dan Konsep Dasar Pengembangan Anak Usia Dini (Siti Aisyah, dkk) 

Pola asuh anak dalam keluarga sangat berpengaruh dalam segala aspek perkembangan anak termasuk dalam beberapa kecerdasan anak, beberapa acuan sederhana kecakapan intrapersonal yang dapat digunakan untuk mengukur kesiapan anak memasuki sekolah dasar diantaranya:

Anak sudah mampu mengurus diri sendiri, antara lain dalam hal buang air kecil dan buang air besar.
Anak sudah mampu melaksanakan aktivitas-aktivitas tertentu dengan inisiatifnya sendiri, misalnya bangun, mandi, dan makan tanpa harus disuruh-suruh atau di kejar-kejar untuk melaksanakan urutan tugas-tugas tersebut agar tidak terlambat sekolah.
Anak sudah memiliki inisiatif sendiri untuk belajar dan segera mengerjakan dan menyelesaikan tugas-tugas tersebut.
Anak sudah memiliki kesadaran bahwa untuk dapat memahami dan mendalami suatu ilmu atau kecakapan, harus belajar dengan benar.
Anak sudah mampu mengelola dan mengendalikan serta mengelola emosinya secara tepat guna (appropriate) dan konstruktif, bukan secara destruktif (mengamuk, membanting, memukul, berguling-guling dan sebagainya).




PENGARUH POLA ASUH ORANGTUA TERHADAP PERKEMBANGAN ANAK


A. Tipe-Tipe Pola Asuh Orang Tua Kepada Anak :


1. Pola Asuh Permisif
Pola asuh permisif adalah jenis pola mengasuh anak yang cuek terhadap anak. Jadi apa pun yang mau dilakukan anak diperbolehkan seperti tidak sekolah, bandel, melakukan banyak kegiatan maksiat, pergaulan bebas negatif, matrialistis, dan sebagainya.

Biasanya pola pengasuhan anak oleh orangtua semacam ini diakibatkan oleh orangtua yang terlalu sibuk dengan pekerjaan, kesibukan atau urusan lain yang akhirnya lupa untuk mendidik dan mengasuh anak dengan baik. Dengan begitu anak hanya diberi materi atau harta saja dan terserah anak itu mau tumbuh dan berkembang menjadi apa.
Anak yang diasuh orangtuanya dengan metode semacam ini nantinya bisa berkembang menjadi anak yang kurang perhatian, merasa tidak berarti, rendah diri, nakal, memiliki kemampuan sosialisasi yang buruk, kontrol diri buruk, salah bergaul, kurang menghargai orang lain, dan lain sebagainya baik ketika kecil maupun sudah dewasa.

2. Pola Asuh Otoriter
Pola asuh otoriter adalah pola pengasuhan anak yang bersifat pemaksaan, keras dan kaku di mana orangtua akan membuat berbagai aturan yang saklek harus dipatuhi oleh anak-anaknya tanpa mau tahu perasaan sang anak. Orang tua akan emosi dan marah jika anak melakukan hal yang tidak sesuai dengan yang diinginkan oleh orang tuanya.
Hukuman mental dan fisik akan sering diterima oleh anak-anak dengan alasan agar anak terus tetap patuh dan disiplin serta menghormati orang-tua yang telah membesarkannya.
Anaka yang besar dengan teknik asuhan anak seperti ini biasanya tidak bahagia, paranoid / selalu berada dalam ketakutan, mudah sedih dan tertekan, senang berada di luar rumah, benci orangtua, dan lain-lain. Namun di balik itu biasanya anak hasil didikan ortu otoriter lebih bisa mandiri, bisa menjadi orang sesuai keinginan orang tua, lebih disiplin dan lebih bertanggungjawab dalam menjalani hidup.

3. Pola Asuh Otoritatif
Pola asuh otoritatif adalah pola asuh orangtua pada anak yang memberi kebebasan pada anak untuk berkreasi dan mengeksplorasi berbagai hal sesuai dengan kemampuan anak dengan sensor batasan dan pengawasan yang baik dari orangtua. Pola asuh ini adalah pola asuh yang cocok dan baik untuk diterapkan para orangtua kepada anak-anaknya.
Anak yang diasuh dengan tehnik asuhan otoritatip akan hidup ceria, menyenangkan, kreatif, cerdas, percaya diri, terbuka pada orangtua, menghargai dan menghormati orangtua, tidak mudah stres dan depresi, berprestasi baik, disukai lingkungan dan masyarakat dan lain-lain.
4.  Pola asuh Penelantar
Orang tua tipe ini pada umumnya memberikan waktu dan biaya yang sangat minim pada anak-anaknya. Waktu mereka banyak digunakan untuk keperluan pribadi mereka, seperti bekerja, dan juga kadangkala biaya pun dihemat-hemat untuk anak mereka. Termasuk dalam tipe ini adalah perilaku penelantar secara fisik dan psikis pada ibu yang depresi. Ibu yang depresi pada umumnya tidak mampu memberikan perhatian fisik maupun psikis pada anak-anaknya. 


Olahraga sederhana untuk balita



Aktifitas fisik yang menyehatkan bagus untuk pertumbuhan sikecil. Faktanya, anak-anak yang jarang berolahraga cenderung lebih mudah lelah, mudah terserang penyakit, dan beresiko memiliki berat badan tak ideal. Secara psikologis, mereka yang kurang olahraga cenderung lebih mudah cemas, kurang ceria, kurang percaya diri, dan munculnya perasaan terisolasi.

Para ahli kebugaran mengelompokan ada empat jenis olah kebugaran bagi orang tewasa termasuk untuk anak-anak. Setiap jenis olahraga ini meyehatkan tubuh sikecil dengan cara yang berbeda, berita baiknya, untuk melakukan tipe-tipe olahraga tersebut ternyata tidak harus dilakukan di tempat, pada waktu, dan menggunakan alat khusus. Kegiatan sehari-hari sikecil juga dapat bernilai olahraga.



4 aktivitas olahraga untuk sikecil



1. Aktifitas aerobik. Jenis olahraga ini membantu melatih kekuatan jantung dan paru-paru sikecil. Selain itu, gerakan yang melibatkan gerakan aerobik juaga dapat meningkatkan level keceriaan sikecil dengan cara memicu dilepaskannya hormon-hormon ‘kebahagiaan’. Termmasuk kedalam aktifitas aerobik adalah main bola, lompat tali, bersepeda, berlari, berenang, termasuk membersihkan rumah atau halaman belakang.


2. Melatih kekuatan otot. Termasuk kedalam aktifitas ini adalah memanjat pohon, memanjat arena jaring, tarik tambang, push up, pull up, dan sit up. Tentu jenis aktifitas tersebut harus disesuaikan dengan kekuatan sikecil. Aktifitas yang berlebihan malah dapat memicu cidera pada otot dan sendi sikecil. Untuk mendapatkan efek positif dari aktifitas tersebut, para ahli kebugaran merekomendasikan kegiatan yang melatih kekuatan otot ini setidaknya tiga kali dalam seminggu.


3. Melatih kekuatan tulang. Termasuk dalam aktifitas ini diantaranya adalah: berlari, lompat tali, bermain tenis, bulutangkis, voli, mendaki gunung, dan basket. Aktifitas tersebut membantu melatih kekuatan tulang sikecil. Sama dengan aktifitas melatih kekuatan otot, kegiatan yang melatih tulang ini direkomendasikan para ahli kebugaran minimal tiga kali sepekan. Lakukan pemanasan sebagaimana halnya pada aktifitas melatih otot untuk menghindari resiko cidera.


4. Peregangan. Aktifitas ini akan melatih otot-otot sikecil menjadi lebih fleksibel sehingga terhindar dari resiko cidera pada saat mekukan aktifitas yang melibatkan gerakan aktif. Beberapa aktifitas yang dikategorikan mengandung gerakan peregangan diantaranya adalah olahraga beladiri, yoga, dan menari. Aktifitas seperti menyentuh ujung jari kaki atau memutar pinggang kearah belakang termasuk beberapa diantara aktifitas peregangan yang bisa dilakukan sikecil.


Jadi ada banyak cara menyenangkan untuk membuat sikecil berolahraga. Tidak perlu waktu dan tempat khusus, di arena bermain atau halaman belakang pun sikecil dapat melakukan olahraga. Awasi kegiatan sikecil dan kenalkan dengan aktifitas pemanasan untuk mengurangi resiko cidera.

Pertolongan Pertama Saat Anak Tenggelam

Pertolongan Pertama Saat Anak Tenggelam


Menurut  Sejumlah penelitian di Amerika Serikat di temukan sebuah fakta, bahwa sebagian besar anak-anak di Amerika Serikat meninggal setiap tahun akibat tenggelam disengaja di kolam renang. Dengan demikian, kolam renang aturan keselamatan harus diikuti secara ketat baik oleh orang dewasa dan anak-anak. Jika anak Anda ingin pergi berenang, sebaiknya orang tua mendampingi dan perhatikan anak-anak saat berada di kolam renang. Apabila orang tua tidak ada waktu untuk menemani saat anak-anak pergi berenang, maka Anda harus bertanya keluarga atau pengasuh untuk menemani anak Anda. Anda juga harus menginstruksikan anak-anak Anda untuk tidak menyimpang terlalu jauh. Ingatkan anak-anak Anda untuk selalu waspada terhadap bahaya tenggelam saat berada di dalam renang, sebaiknya jangan berada terlalu jauh dengan orang lain di sekitar kolam renang, sehingga saat terjadi tenggelam akan segera mendapat pertolongan.
Langkah-langkah  untuk mengatasi anak tenggelam di kolam renang:
•    Segera angkat anak ke permukaan yang datar, kemudian posisikan anak dengan cara di gendong lalu rendahkan bagian kepala dari dada untuk mengurangi terhirupnya air.
•    Baringkan anak pada tempat yang hangat lalu bungkus dengan handuk
•    Guncangkan tubuh anak dan periksa responya, apabila anak dalam posisi sadar segera baringkan dalam posisi miring. Langkah ini untuk menghindari saat anak muntah maka cairan tidak akan masuk ke paru-paru
•    Apabila anak dalam posisi tidak sadar angkatlah dagunya dan lihat kedalam mulutnya, apabila ada hambatan yang terlihat segera singkirkan. Ada kemungkinan jalan pernafasan terhambat karena lumpuhnya otot-otot tenggorokan yang menyebabkan lidah jatuh ke bawah sehingga menutupi batang tenggorokan
•     Periksa pernafasannya
•     Periksa denyut nadinya
•     Apabila anak tidak bernafas namun masih ada denyut nadinya berikan nafas buatan selama 1 menit, apabila denyut nadi semakin melemah lakukan MRC (Resusitasi Kardio Pulmoner)
Sebagai orang tua atau pengasuh tidak perlu panik saat menemukan anak Anda tenggelam lakukan sesegera mungkin untuk melakukan pertolongan pada anak yang tenggelam di kolam renang.

KETERLIBATAN ORANGTUA DALAM KEGIATAN DI TAMAN KANAK-KANAK


KETERLIBATAN ORANGTUA
DALAM KEGIATAN DI TAMAN KANAK-KANAK

Orangtua adalah guru yang pertama  bagi anak. Orangtua adalah orang penting dalam dunia anak-anak. Mereka yang mengajarkan salah satunya adalah taman kanak-kanak. Anak-anak belajar banyak hal dari orang tuanya. Peran orangtua dan guru menjadi bagian terpenting bagi anak dan sebagai mitra kerja yang saling berintegrasi.
·         Keuntungan keterlibatan orangtua di TK
a.      Keuntungan bagi taman kanak-kanak

-          Mempelajari cara orangtua memotivasi dan membantu anaknya.
Guru perlu mengetahui cara oraangtua memotivasi anaknya terutama anak-anak yang memerlukan dorongan khusus untuk melakukan kegiatan bermain di TK. Motovasi ini dapat dipelajari guru dengan orangtua dengan cara bercakap-cakap ataupun berdiskusi dengan orangtua ketika orangtua menjemput anaknya kesekolah
-          Guru dapat mempelajari kebiasaan anak di rumah
Melibatkan orangtua dalam kegiatan belajar di tamn kanak-kanak dapat di manfaatkan guru dalam mengamati dan mempelajari kebiasaan anak di rumah sampai terbawa kesekolah.guru juga dapat membantu menghilangkan atau mengurangi kebiasaan anak terutama kebiasaan yang baik. Misalnya anak masih suka minum susu menggunakan dot
-          Guru dapat lebih memahami prilaku anak
Dengan dipahaminya prilaku anak guru dan orangtua dapat melakukan pencegahan atau mengantisipasi sebelum terjadinya penyimpangan prilaku yang lebih konflek
-          Guru dapat selalu bekerjasama dengan orangtua dalam suatu program kegiatan di taman kanak-kanak
-          Orangtua dapat menjadi narasumber dalam kegiatan belajar dan bermain
Orangtua memiliki keahlian tertentu dapat di libatkan sebagai narasumber bagi anak untuk mengembangkan pengetahuannya.
-          Memperlancar hubungan rumah dengan sekolah
-          Semakin memperluas jaringan pihak sekolah dengan pihak lain
Maksud di sini adalah orangtua sebagai perantara terjalinnya sekolah dengan pihak yang lainnya untuk melakukan suatu kerjasama.

b.      Keuntungan bagi orangtua
-          Orangtua merasa memiliki program sehingga akan mampu mengambil peran yang sesuai dengan kemampuannya dan dapat di lakukan dalam kegiatan belajar anak di TK
-          Mengetahui keadaan anaknya di sekolah
-          Lebih memahami perkembangan anak
-          Mengenal dan menghargai guru
-          Mempelajari kegiatan bermain di sekolah dan mencobakannya pada anak-anak di rumah
-          Mengenal teman anaknya
-          Mengenal orangtua teman anaknya
-          Mengelola kerjasama antara orangtua dengan taman kanak-kanak

Petunjuk untuk mengelola kerjasama secara positif dengan orangtua sebagai berikut:
ü  Mengadakan open house bagi orangtua murid baru
ü  Mengumpulkan harapan dan perhatian orangtua
ü  Mengetahui semua tentang orangtua
ü  Mengumpulkan dan menguji coba saran program yang ditawarkan oleh orangtua
ü  Mendorong rasa bangga dengan anak mereka
ü  Selalu mengutamakan kepercayaan
   Berkomunikasi secara terus-menerus dengan orangtua
   Komunikasi formal dan komunikasi informal
   Mengadakan pertemuan dengan orangtua
Pertemuan dengan orangtua merupakan cara yang paling praktis karena guru dapat memberiakn keterangan atau penjelasan kepada semua orangtua. Pertemuan dengan orangtua sebaiknya guru menggunakan bahasa sehari-hari yang mudah di mengerti oleh orangtua. Hindari penggunaan bahasa yang terlalu teknis atau penggunaan bahasa ilmiah sehingga sukar di pahami terutama orangtua yang berpendidikan yang rendah

·         Berbagai kegiatan bermain kreatif dengan orangtua
Petunjuk bagi guru dalam keterlibatan orangtua pada kegiatan bermain yaitu:
Ø  Sesuaikan pola pembelajaran antara sekolah dan rumah
Ø  Orangtua juga menjadi model atau panutan bagi anak-anak
Ø  Orangtua dapat membantu mendorong anaknyauntuk aktif di sekolah memberi motivasi dan tanggungjawab bahwa mereka pasti bisa melakukannya
Ø  Sesekali dapat melakukan kunjungan rumah(home visit)
Ø  Mintalah bantuan kepada orantua untuk melakukan kegiatan bersama anak di sekolah

KARENA DUNIA ANAK ADALAH DUNIA BERMAIN

A.      Pentingnya Arti Bermain Bagi Anak
Bermain merupakan suatu kegiatan atau ingkahlaku yang di lakukan anak secara sendirian ataupun berkelompok dengan menggunakan alat atau untuk mencapai tujuan tertentu”(Soegeng Santoso: 2002).
Menurut Wong (1990) dan Foster (1984) bermain adalah suatu kegiatan alamiah yang di lakukan oleh anak atas keinginan sendiri dalam rangka mengungkapkan konflik dirinya yang tidak disadari guna memperoleh kesenangan dan kepuasan.
Dari pengertian di atas tampak sekali pentingnya bermain bagi anak-anak. Dengan bermain anak akan berusaha untuk memiliki keinginan dan mencapai keinginannya. Bermain akan memicu semangat kompetisi yang sehat dalam jiwa anak-anak. Selain itu, perkembangan fisik anakpun berkembang dengan baik karena secara fisik anak sering melakukan aktivitas yang melatih perkembangan otot-ototnya.

          Piaget (1962) melihat permainan sebagai media yang meningkatkan perkembangan kogniif anak. Permainan imajiner dan permainan kreatif juga mampu meningkatkan kognitif. Permainan merupkan suatu alat bagi anak untuk menjelajahi dan mencari informasi baru secara aman, sesuatu yang mereka tidak lakukan jika tidak bermain dan tidak melakukan permainan.
Banyak permainan yang bisa dilakukan oleh anak usia dini. Bahkan sejak usia 3 sampai 5 tahun permainan merupakan interaksi yang sangat penting bagi anak-anak. Permainan meningkatkan afilisiasi dengan teman sebaya, mengurangi tekanan atau strees, meningkatkan perkembangan kognitif, menigkatkan daya jelajah, dan memberikan pengetahuan dasar tentang kehidupan. Permainan juga dapat meningkatkan kemampuan anak dalam berbicara dan berinteraksi dengan yang lain.



          Secara umum jenis permainan di kelompokkan menjadi 3 bagian di antaranya sebagai berikut:
    Permainan Aktif merupakan permainan yang melibatkan lebih dari satu orang anak. Permainan aktif yaitu berupa olahraga yang bermanfaat untuk mengolah kemampuan kinestetik pada anak. Selain itu permainan aktif juga dapat memotivasi anak untuk belajar meraih prestasi serta belajar bertahan dalam suatu permainan. Permainan ini juga melatih aspek kognitif anak untuk belajar mengatur dan menentukan strategi dalam meraih kemenangan.

  Permainan Pasif merupakan permainan yang sifatnya mekanis, dan biasanya di lakukan tanpa teman yang nyata. Salah satu permainan pasif yaitu permainan elektronik seperti playstation. Jenis permainan ini memiliki sisi positif dan negative, positifnya yaitu anak bisa mmiliki keterampilan terentu yang bisa berproses menjadi keahlian tertentu. Permainan komputer ini keterampilan dan strategi yang tepat dalam memenangkan permainan. Namun secara fisik, permainan ini dapat menghambat perkembangan kinestetetik pada anakkarena permainan ini sedikit sekali menggunakan anggota tubuh. Anak-anak cenderung menggunakan tangannya.

 Permainan Fantasi/imajinasi merupakan permainan yang diciptakan sendiri oleh anak dalam dunianya. Anjang-anjangan merupakan salah stau permainan fantasi. Anak perempuan dapat mengembangkan daya imajinasinya sehingga anak dapat memainkan berbagai macam karakter yang dia ciptakan berdasarkan karakter yang dia temukan  dalam kehidupannya sehari-hari.

Fungsi dan manfaat bermain dalam mengoptimalkan perkembangan anak, diantaranya yaitu:
ü      Bermain dapat menyeimbangkan motorik kasar seperti berlari, melompat, jongkok serta motoric halus seperti menulis, menyusun gambar, menggunting dan lain-lain. Keseimbangan motoric kasar dengan motoric halus akan sangat berpengaruh terhadap perkembangan psikologis anak.
ü      Bermain dapat mengoptimalkan kinerja otak kanan. Melalui permainan fungsi kerja otak kanan dapat dioptimalkan karena bermain dengan teman sebaya yang menimbulkan kegembiraan dan bahkan pertentangan. Hal ini dapat menguji kemampuan anak dalam menghadapi teman sebayanyaserta mengembangkan rasa realistis anak.
ü                              Bermain dapat menjadi sarana anak untuk belajar menempatkan dirinya sebagai makhluk social. Dalam permainan ini anak berhadapn dengan berbagai karakter yang berbeda, sifat dan cara berbicara sehingga anak dapat mengenal heterogenitas dan mulai memahaminya sebagai unsur penting dalam permainan. Dengan kata lain, bermain membuat dunianya lebih berwarna, perasaan kesal, marah, sedih, kecewa dalam permainan ini. Hal ini akan menjadi pengalaman emosional sekaligus belajar mencari solusi untuk menaggulangi perasaan tersebut.
ü                         Bermain bersama teman bia membuat anak belajar memberi dan berbagi, serta belajar memahami nilai memberi dan menerima sejak dini. Salah satunya permainan ini yaitu saling berbagi makanan dan minuman saling meminjamkan mainan.
ü      Bermain juga dapat di jadikan sebagai sarana untuk berlatih merealisasikan rasa dan sikap percaya diri, mempercayai orang lain, kemampuan bernegosiasi dan memecahkan masalah.
ü      Bermain dapat melatih perkembangan moral dan etika pada sikap anak. Anak-anak akan melakukan permainan akan berinteraksi dengan anak-anak. Saat bermain dalam kelompok anak dituntut mematuhi aturan dalam permainan yang merupakan sebagai pembentukan moral yang baik, etika dan tata krama.
ü      Bermain dapat mengembangkan kreatifitas karena dalam permainan, anak-anak dapat menerapkan ide mereka. Semakin banyak media dan jenis permainan yang anak-anak mainka, maka semakin banyak ide-ide yang bermunculan di dalam pemikiran si anak.
ü      Bermain dapat mengembangkan komunikasi dan bahasa anak karena bermain merupakan salah satu alat komunikasi. Bagi anak yang belum mampu berkomunikasi secara verbal, menggambar dan bermain peran adalah bahasa dan komunikasi bagi mereka.



Workshop Aktivitas untuk Usia Dini

Bincang-bincang tentang aktifitas fisik untuk usia dini https://www.youtube.com/watch?v=VdAdddnLMKg